Pages

Monday, 25 December 2017

Perlunya Saling Bicara

Setiap pasangan pasti memiliki kehidupan yang berbeda. Ada yang statis, ada yang dinamis. Apa pun itu, perlu adanya evaluasi rutin untuk melanggengkan hubungan hingga “akhir zaman”, di mana hubungan tak akan lagi bisa diperpanjang.
Komitmen yang sudah dibentuk sudah seharusnya dirawat hingga hubungan tak lagi hanya sekedar pencitraan. Merawat komitmen bias dilakukan dengan adanya keterbukaan informasi, sehingga setiap anggota pasangan mengerti apa yang sedang terjadi pada “kapal”-nya. Perlu adanya pembicaraan dan pengungkapan perasaan hingga antaranggota pasangan bisa saling merasakan apa yang sesungguhnya sedang dialami teman hidupnya. Jika sudah bisa saling merasakan, harapannya akan timbul simpati hingga empati sampai mati.
Pada kondisi yang ideal, disebut pasangan jika dia dan pasangannya saling menyerahkan diri luar dalam. Sebaliknya, pada kondisi yang tak ideal adalah ketika orang hanya cenderung ingin menikmati pasangannya secara lahiriah saja. Kalau sudah menikmati, ya sudah, enggan bercerita enggan berkata-kata. Bahkan, ada orang yang tak tahu tentang sejatinya pasangannya. Yang penting dia sudah melakukan yang sewajarnya, sesuai perannya. Bahkan, ada yang berprinsip tentang pasangannya itu sesuatu yang bukan ranah dan wewenangnya. Ini jelas bukan kondisi yang diharapkan. Yang namanya pasangan, bukan hanya mau melepas baju secara fisik, melainkan secara batin juga.
Pria dan wanita itu diciptakan berbeda. Secara lengkap, bisa kita simak dalam kajiannya dr. Aisyah Dahlan tentang perbedaan laki-laki dan perempuan yang di sana dijelaskan secara detail secara ilmu kedokteran. Karena berbeda, maka perlu disamakan untuk menunjang visi dan misi pasangan. Kadang, sesama jenis saja banyak perbedaan, apalagi yang berbeda jenis. Memang perlu banyak berbicara, meluangkan waktu walaupun hanya beberapa menit saja. Sewaktu mau tidur misalnya, bias diisi dengan ngobrol ringan menceritakan apa saja yang telah terjadi tadi dan yang akan dilakukan besok.
Cinta itu mendekat. Kalau cinta, pasti mendekat. Bukan mendekatnya waktu butuh saja. Kapan pun di mana pun, pasti mendekat. Itulah cinta. Kalau tidak demikian, berarti bukan cinta. Logis.

Friday, 22 December 2017

You Will Never Walk Alone

Aku merindumu, sungguh sangat rindu. Sudah hampir tiga tahun aku tak tahu kabarmu. Mungkin aku terlalu bodoh dengan tetap kekeuh menjaga namamu di hatiku di saat beberapa insan lain menginginkanku. Aku ingin move on, tapi dengan sinyalmu. Cukuplah kamu mengetik "y" atau berkata "ya" dari smartphone-mu. Nyatanya, tak semudah itu bagimu dan kamu memilih tetap membisu. Kau gantung aku hingga aku bingung.

Dari kecil, setiap apa pun yang kukejar, aku dapatkan. Baik dengan rencana pertama atau dengan rencana tambahan. Namun, tidak untuk kali ini, beda dengan jalan perasaan ini. Kau mengubah targetku meleset. Kau rubah mimpi jadi api. Panas hati ini. Kau hambat perasaanku menuju ruang terindah di hidupku. Aku ingin kau pastikan saja, bukankah itu mudah.

Sedih, tiap hari-hariku diselimuti rasa was-was. Tak sedetik pun aq melewatkan hp dari genggamanku. Mungkin aq terlalu berbaik sangka kepadamu hingga segitunya aku memikirkanmu. Apakah kau di sana juga memikirkanku?

*cuplikan novel perdana. Tunggu tanggal mainnya ya....

Friday, 15 December 2017

Pendidikan Abad 21


"Didiklah anak-anakmu sesuai zamannya karena mereka hidup bukan pada zamanmu" (Ali bin Abi Thalib)

Hadis tersebut menunjukkan bahwa memang kita harus mendidik anak-anak sesuai dengan zamannya. Dan zaman sekarang itu, zaman now-nya abad 21 yang memiliki karakteristik, yaitu:
1. Era digital, bahasa digital. Pendidik harus belajar secara inklusi
2. Belajar dengan cara yang berbeda. Fungsi guru harus berubah menjadi memfasilitasi potensi anak.
3. Lingkungan berskala global. Sekarang kemungkinan besar anak-anak berkomunikasi dengan orang luar negeri.
4. Tidak memiliki karir tetap dan tunggal, gantinya akan memiliki lintasan kerja dengan beberapa karier. Implikasinya, tiap orang harus punya nilai plus. Lulusan apa, harus bisa bekerja di luar apa yang diajarkan dari di mana dia belajar.

Dalam hal pendidikan, berkacalah dari pendidikan Jepang. Di sana, siswa dan mahasiswa dekat dengan jurnal. Bahkan, sampai lupa pulang hingga pak bon di sana berkeliling memantau kepulangan siswa dan mahasiswa.

Kalau di Indonesia, ada kelas yang namanya Harmoko (Hari-hari Omong Kosong), sedangkan di Jepang, mana ada? Jam 8 guru/ dosen datang, tidak lagi ada yang bermain-main di luar. Oleh karena itu, pendidika harus memainkan peran yang maksimal untuk kejayaan pendidikan ke depan.

Dalam dunia pendidikan, dikenal adanya tiga aspek penilaian (kognitif, afektif, dan psikomotor). Ketiga aspek tersebut harus dijalankan bersama-sama dalam pembelajaran. Misalnya, guru meminta anak-anak untuk melingkar kemudian berpindah tempat dalam satu lingkaran tersebut, tetapi tidak boleh berjalan dan berlari. Alhasi, ada siswa yang merangkak, menggelinding, lompat, dsb. Dari kegiatan tersebut diperoleh tiga hal: siswa berpikir bagaimana dia bergerak (kognitif), dia tetap berlaku baik (afektif), dan melakukan gerakan tersebut (psikomotor)

Memang pendidikan zaman now harus dipikirkan secara matang. Kalau sudah begini, nyata pentingnya adanya perencanaan pembelajaran dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), sehingga diperoleh pembelajaran yang sesuai zamannya. Adapun konsep pendidikan Abad 21: (Jenifer)
1. Pengajaran yang berpusat pada siswa
2. Pembelajaran yang kolaboratif
3. Pemilih seni, seni untuk pengembangan
4. Sekolah harus milik lingkungannya, menjadi menerangi lingkungannya

Terakhir, bisa kita tarik kesimpulan dari pendidikan abab 21 ini adalah:
1. Pembelajaran sudah melibatkan aspek kognitif tingkat tinggi, yaitu analisis,msintesis, evaluasi, dan kreativitas
2. Sekolah berkolaborasi dengan masyarakat
3. Taksonomi bloom harus diterapkan secara bersama-sama dan berintegrasi dengan aspek yang lain

*) Tulisan ini disusun berdasarkan materi yang disampaikan oleh Prof. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku direktur Pascasarjana UNS yang juga merupakan pembicara pada seminar nasional Forum Mahasiswa Muslim Pascasarjana UNS pada hari Jum'at, 15 Desember 2017

Penelitian yang Memberikan Dampak yang Baik bagi Orang Banyak

Saat ini kita berada pada zaman kreatif. Penelitian pun demikian. Penelitian yang kreatif itu digalakkan demi pembangunan yang berkelanjutan. Setiap hal yang berbau kreatif selalu dihubungkan dengan pemuda. Lantas, bagaimana cara menumbuhkan kreativitas dan inovasi di kalangan generasi muda?

Indonesia itu pangsa pasar terbesar di Asia Tenggara. Zaman start up pun, sebagian besar bangsa Indonesia pun menggunakan start up, tetapi banyak start up bukan produk indonesia, adapun hanya sedikit. Lazada dan shopee misalnya. Kedua pasar online terbesar itu milik singapura. Yang Indonesia? Ada, Bukalapak. Yang lain? Ada juga, tapi tak setenar Bukalapak.

Berpikir itu memberikan solusi, bukan sekedar mengkritisi. Kalau dulu, zamannya demo. Kita turun ke jalan meneriakkan hal-hal yang kita inginkan. Sekarang, zamannya digital, demo lewat tulisan dan gambar. Beda zaman, beda perlakukan. Memang, zaman sudah berubah.

Menyampaikan solusi yang elegan, bisa melalui penelitian. Itu dari segi akademis. Lantas, bagaimana cara menggali ide penelitian? Mudah saja. Pikirkan tentang: Apa masalah saat ini? Apa solusinya? Bagaimana merubah hal yang sulit jadi mudah?

Penelitian itu berani mengeksekusi ide dan belajar dari kesalahan eksperimen. Gojek misalnya. Awalnya, gojek hampir bangkrut, apakah kemudian menyerah? Tidak. Ternyata gojek tidak menjual fasilitas jasa pengiriman, tapi dia menjual data pengguna gojek yang digunakan oleh para pelaku bisnis dalam melihat pangsa pasar. Sekarang, banyak investor yang melirik gojek hingga gojek kembali eksis dan makin solutif untik masyarakat sekitar. Tepatnya, menjadi solusi bagi pengguna transportasi umum dan pemilik motor yang nganggur.

Dari serangkaian penelitian, penelitian jenis eksperimen pasti menghasilkan produk. Setelah menghasilkan produk, langkah selanjutnya adalah mempromosikan hasil eksperimen dan personal branding. Itu jelas membutuhkan dana. Lalu, jika tidak punya dana, maka cukup hanya menggunakan media sosial. Kegiatan prokosi harus jujur, jangan seperti ilmuwan yang dulu pernah dicap orang sebagai pengganti habibie yang ternyata hanya kebohongan semata. Akan tetapi, belajar dari kebohongan tersebut, ini bisa jadi diambil pelajaran. Yang tidak sesungguhnya saja bisa membuat orang percaya, apalagi yang sesungguhnya. Jujur lebih baik, lebih baik jujur.

Penelitian sebenarnya kegiatan terus menerus dari masa ke masa yang mengunggulkan orisinalitas, kebaruan, manfaat, dan fokus pada topik tertentu. Misalnya, James Watt yang dia selalu berkutat pada topik kelistrikan.

Ada yang bingung bagaimana cara memulainya? Penelitian itu dimulai dari pembuatan proposal penelitian (riset) baik untuk perlombaan, hibah riset, dan untuk studi lanjut. Ada beberapa tips agar proposal riset kita diterima.
1. Lakukan penelitian yang anda sukai
2. Ikuti peraturan yang ditetapkan/ ikuti track record profesor (jika mau studi lanjut)
3. kontinyu antarparagraf, antarpragraf harus nyambung
4. Bahasa terukur dan referensi 10 tahun terakhir
5. Reviu proposal sebelum dikirim

Di dalam proposal riset, penyusunan judul harusnya menarik, tidak terlalu pendek, tidak terlalu panjang, dan mudah dibaca. Untuk kasus tertentu, bagi profesor luar negeri misalnya, kearifan lokal lebih menarik karena di luar negeri tidak ada. Hal ini sejalan dengan novelty (kebaruan) yang merupakan salah satu pertimbangan diterimanya proposal riset selain orisinal, scientific (ada dasar ilmiah), dan penggunaan metode yang tepat.

*) Tulisan ini penulis sarikan dari presentasi Firman Alamsyah, Ph.D. dosen UGM, selalu pembicara pada rangkaian acara di seminar nasional Forum Mahasiswa Muslim Pascasarjana UNS pada hari Jum'at, 15 Desember 2017.

Menulis untuk Mengubah Dunia

Literasi itu lebih ke arah kemelekaksaraan, yaitu bagaimana bisa memberikan solusi atas segala permasalahan yang ada dengan aksara.

Dalam melahap buku, kita tak perlu membatasi jenis buku yang akan dibaca, tapi tetap ada prioritas. Misalnya, pada saat ini mbak Helvy dalam target menulis buku, skenario film, dan disertasi. Jadi, dia tentukan sendiri skala prioritasnya. Yang pasti, buku-buku itu bisa memperkaya jiwa.

Beruntunglah bagi yang suka membaca sejak kecil karena sesungguhnya apa yang kita baca diwaktu kecil, akan kembali 20 tahun yang akan datang (David Mc Lillon, psikolog). Kalau di Indonesia, mengapa banyak koruptor? Mungkin karena di waktu kecil membaca buku seputar si kancil yang di sana mengajarkan tentang kecerdikan. Jadi, intinya cerita bisa mempengaruhi hidup orang entah ditulis maupun diceritakan.

Dengan pengaruh dahsyat tersebut, ketika menulis tak perlu berpikir bahwa tulisan akan berpengaruh pada kehidupan orang. Minimal banyak yang baca, gitu saja.

John Kennedy, Presiden USA, mengatakan bahwa jika politik itu bengkong, maka puisi bisa meluruskannya. Presiden pun suka menulis. Yang sering kita nilai kaku saja, suka menulis. Kata mbak Helvy, puisi itu ungkapan dari kerumitan hati. Saya sepakat dengan pernyataannya kali ini karena saya buktikan sendiri. Pada zaman SMA yang saya rasa hidupku paling terpuruk, saya lantas menulis beberapa puisi. Dan alhamdulillah, termuat semua di harian umum Solopos pada waktu itu (antara tahun 2005 - 2008).

Menulis itu suatu aktivitas yang menggunakan otak kanan dan kiri secara bersamaan. Jadi, menulis memerlukan kerja sama antara otak kanan dan kiri. Otak kanan condong ke perasaan, sedangkan otak kiri melogika bagaimana tulisan sesuai dengan aturan kepenulisan yang ada.

Karakter orang pun bisa dinilai dari karakteristik tulisannya. Kita bisa menilai orang dari tulisan-tulisannya. Banyaklah membaca, maka kita akan banyak tahu karakter orang di sekitar kita. Selain itu, akan banyak karakter tulisan yang akan bisa kita pelajari ketika akan menulis.

Ada satu permasalahan menulis: Menulis gak selesai-selesai kenapa? Karena kita menulis sambil mengedit. Nulis aja dulu sampai selesai, habis itu baru editing. Jangan langsung, kasih jeda dulu. Jedanya untuk makan, jalan-jalan, tidur, dsb. Habis itu, baru buka lagi tulisan kita. Itu lebih efektif dan efisien.

Menulis itu kesenangan. Tulis apa saja dengan berimajinasi tanpa perlu kuatir. Kalau menulis karya ilmiah? Bayangkan saja bahwa suatu saat nanti karya ilmiah kita akan bermanfaat bagi banyak orang.

Ada sebuah kasus umum yang bagi orang yang suka berbicara tapi tidak suka menulis, maka mulai merekam ketika berbicara, kemudian tuliskan. Karena sebenarnya tulisan itu pembicaraan yang ditulis.

Menulis itu menyehatkan dengan cara menuliskan apa saja yang dirasakan. Sedih, galau,dan sebagainya, tuliskan. Bahkan, penyakit parah saja bisa sembuh bertahap. Misalnya, asma nadia yang awalnya ada 7 tumor di kepala bisa berkurang menjadi 5 berkat kebiasaannya menulis.

*)Tulisan ini merupakan poin-poin penting yang dianggap penting oleh penulis dari apa disampaikan oleh Mbak Helvy Tiana Rosa. Kesempatan emas ini diperoleh pada hari Jum'at, 15 Desember 2017 di gedung Pascasarjana UNS lantai 3 dalam rangkaian seminar nasional Forum Mahasiswa Muslim Pascasarjana UNS.





Wednesday, 13 December 2017

Langka Gas Bersubsidi: Jangan Memiskinkan Diri


 Langkanya gas bersubsidi seberat 3 kg yang sering disebut gas melon, nampaknya membuat warga jengkel. Seharusnya yang jengkel hanya warga yang tergolong ditdak mampu, yang berhak mendapatkan susidi. Nyatanya, yang tidak berhak pun juga ikut mencari-cari. Bahkan, muncul istilah inden pada toko penjual gas.

 Sepertinya memang pemerintah sedang mengupayakan pengurangan tabung gas bersubsidi. Harusnya dengan fenomena ini, warga yang tergolong mampu hingga kaya raya yang biasanya memakai tabung tersebut mulai instropeksi. “Pantaskah saya berebut barang yang sebenarnya bukan hak saya” itulah yang yang harusnya dimunculkan dalam hati mereka, sang kaya.

Ironisnya, di Pekan Baru  ada warung makan beromzet Rp 5 Juta/hari memakai gas melon. Miris sekali bukan? Lantas, apa yang kita perbuat jika kitalah orang kaya tersebut? Ya tentunya segera beralih ke gas yang tanpa subsidi agar gas yang sedang langka ini bias tepat sasaran, ke yang tak mampu.

Kemudian, apakah cukup dengan sikap pribadi? Seharusnya, pemerintah juga meningkatkan fungsi pengawasan distribusi gas bersubsidi tersebut. Seiring peningkatan pengawasan, hendaknya juga menyiapkan sanksi yang tegas agar para pengusaha atau pribadi yang kaya tak lagi berani merebut hak para pengguna yang sudah semestinya.

 

tulisan ini pernah publish di UC News tanggal 13 Desember 2017 

Pilih Mana: Mengurangi Belanja atau Menambah Penghasilan


Bagi seseorang yang keuangannya mepet, pasti akan berpikir dua hal: ngirit (hemat) atau mencari lagi. Kalau kamu yang mana?
Setiap pilihan, ada konsekuensinya. Jika kita memilih ngirit, maka kita harus ikhlas untuk membatasi dalam dalam hal belanja. Caranya, setiap kebutuhan harus dicatat dengan detail. Dengan kata lain, perencanaan keuangan harus selalu jelas dan tidak boleh keluar dari jalur yang ada. Misalnya, kita sudah mencatat item-item pengeluaran, tetapi sampai di toko tergoda dengan adanya diskon, maka itu haram hukumnya. Ada efek yang luar biasa jika kita sampai tergoda dengan pengeluaran di luar rencana. Bias-bisa kita harus mengurangi jatah pengeluaran untuk jenis belanja yang lain.
Ngirit juga berdampak pada tekanan yang berakhir pada berkurangnya kebahagiaan. Hidup sekali seharusnya dimaksimalkan. Kalau kita termasuk orang yang menganut paham ‘let it flow’ atau ‘mengalir sajalah’, maka pakailan pilihan yang kedua, yaitu menambah penghasilan.
Penghasilan berbeda dengan pendapatan. Pendapatan itu tetap setiap bulannya yaitu berasal dari kantor di mana kita bekerja. Lantas, bagaimana kita memulai menambah penghasilan? Caranya, dengan melakukan kalkulasi apa saja yang kita butuhkan selama sebulan. Setelah terhitung, barulah dibandingan dengan jumlah pendapatan. Jika kebutuhan lebih besar nominalnya dari pendapatan. Itu tandanya, memang benar-benar harus menambah penghasilan sejumlah selisih tersebut. Dan, jangan lupa alokasikan item kebutuhan jangka panjang lainnya, seperti tabungan dan investasi karena kita tidak bias menjamin keuangan kita sehat terus.

Tulisan ini pernah dimuat di UC News tanggal 12 Desember 2017



Tuesday, 5 December 2017

Sepasang Sepatu

Bukalah sepatumu
Aku sudah membuka sepatuku
Ada luka di kakiku
Jangan biarkan lukaku makin parah
Ayolah, bukalah sepatumu
Akankah kita tetap berjalan hanya dengan satu sepatu?