Setiap
pasangan pasti memiliki kehidupan yang berbeda. Ada yang statis, ada yang
dinamis. Apa pun itu, perlu adanya evaluasi rutin untuk melanggengkan hubungan
hingga “akhir zaman”, di mana hubungan tak akan lagi bisa diperpanjang.
Komitmen yang
sudah dibentuk sudah seharusnya dirawat hingga hubungan tak lagi hanya sekedar
pencitraan. Merawat komitmen bias dilakukan dengan adanya keterbukaan
informasi, sehingga setiap anggota pasangan mengerti apa yang sedang terjadi
pada “kapal”-nya. Perlu adanya pembicaraan dan pengungkapan perasaan hingga
antaranggota pasangan bisa saling merasakan apa yang sesungguhnya sedang
dialami teman hidupnya. Jika sudah bisa saling merasakan, harapannya akan
timbul simpati hingga empati sampai mati.
Pada kondisi
yang ideal, disebut pasangan jika dia dan pasangannya saling menyerahkan diri luar
dalam. Sebaliknya, pada kondisi yang tak ideal adalah ketika orang hanya
cenderung ingin menikmati pasangannya secara lahiriah saja. Kalau sudah menikmati,
ya sudah, enggan bercerita enggan berkata-kata. Bahkan, ada orang yang tak tahu
tentang sejatinya pasangannya. Yang penting dia sudah melakukan yang sewajarnya,
sesuai perannya. Bahkan, ada yang berprinsip tentang pasangannya itu sesuatu
yang bukan ranah dan wewenangnya. Ini jelas bukan kondisi yang diharapkan. Yang
namanya pasangan, bukan hanya mau melepas baju secara fisik, melainkan secara
batin juga.
Pria dan
wanita itu diciptakan berbeda. Secara lengkap, bisa kita simak dalam kajiannya
dr. Aisyah Dahlan tentang perbedaan laki-laki dan perempuan yang di sana
dijelaskan secara detail secara ilmu kedokteran. Karena berbeda, maka perlu
disamakan untuk menunjang visi dan misi pasangan. Kadang, sesama jenis saja
banyak perbedaan, apalagi yang berbeda jenis. Memang perlu banyak berbicara,
meluangkan waktu walaupun hanya beberapa menit saja. Sewaktu mau tidur
misalnya, bias diisi dengan ngobrol ringan menceritakan apa saja yang telah
terjadi tadi dan yang akan dilakukan besok.
Cinta itu
mendekat. Kalau cinta, pasti mendekat. Bukan mendekatnya waktu butuh saja.
Kapan pun di mana pun, pasti mendekat. Itulah cinta. Kalau tidak demikian,
berarti bukan cinta. Logis.