Pages

Monday, 29 May 2017

Pasoepati (akan) Mengulang Kejayaan Industri Othok-othok

Ada yang unik dari Ide “othok-othok” sang pimpinan Pasoepati akhir-akhir ini. Othok-othok, sebuah mainan tradisional era 70-an hingga 90-an, tiba-tiba dilirik kembali di era yang serba canggih seperti saat ini. Normalnya, orang akan menggantikan suatu barang yang sudah lama dipakai dengan barang yang lebih kekinian. Kalau dianalogikan dalam dunia konser musik, cahaya lilin akan tergantikan dengan flashlight pada telepon genggam. Kali ini beda, lebih cenderung kembali ke masa lalu.

Tujuan utama penggunaan othok-othok memang untuk memberikan dukungan moril kepada para pemain Persis Solo. Namun, di sisi lain, othok-othok juga bisa membangkitkan ekonomi kerakyatan karena setiap supporter pasti ingin memainkan othok-othok sebagai wujud dukungan nyata kepada sang pemain. Keinginan ini menjadi mutlak jika setiap supporter diharuskan memegang othok-othok, seperti pertandingan seminggu yang lalu, pemberian karcis juga disertai othok-othok.

Pemakaian asesoris pendukung tim pemain ini jelas berdampak ke dalam bidang ekonomi. Jelas bahwa othok-othok ini diproduksi oleh rakyat dari kelas menengah ke bawah. Melihat siapa yang memproduksi mainan ini, terobosan baru di dunia sepak bola akan berdampak positif pada ekonomi kerakyatan.

Kebutuhan othok-othok bagi tiap supporter membuka peluang usaha bagi masyarakat sekitar. Harapannya, tim Pasoepati mampu menggandeng pihak-pihak pelaku usaha kecil menengah. Sehingga, momen-momen pertandingan sepak bola benar-benar bisa mendukung ekonomi rakyat. Kerja sama antara Pasoepati dan para produsen mainan tradisional ini juga untuk mencegah adanya monopoli dalam pengadaan othok-othok.

Merambah Segmen Keluarga
Kedepannya, othok-othok akan mampu menaikkan jumlah penonton pertandingan sepak bola. Secara psikis, othok-othok sangat bersahabat dengan anak-anak. Mereka akan senang memainkannya. Apalagi, othok-othok merupakan hal yang baru bagi anak-anak era sekarang dan mainan tersebut hanya dibanderol seharga kurang atau sama dengan Rp5.000,00, harga yang cukup terjangkau.

Jika anak-anak ikut menonton pertandingan, wajarnya akan ditemani ayahnya dan tidak menutup kemungkinan akan keikutsertaan ibunya juga. Dengan demikian, othok-othok akan mengubah iklim yang “mengerikan” menjadi menyenangkan. Jika memang nantinya laga sepak bola benar-benar bisa dinikmati semua kalangan, oknum-oknum yang selama ini biasa memancing kerusuhan akan sungkan dengan sendirinya.

Selama ini ajang pertandingan sepakbola dirasa “mengerikan” karena kadang dibumbui dengan tawuran dan gleyeran motor. Dua kegiatan ini jelas menimbulkan kegelisahan bagi warga sekitar. Dengan adanya othok-othok ini diharapkan mampu menggeneralisasi penonton, memperluas segmentasi pasar penikmat sepak bola. Dari yang awalnya hanya dinikmati secara dominan oleh laki-laki remaja hingga dewasa, kini akan mulai dinikmati oleh anak-anak dan wanita. Dengan demikian, akan ada pergeseran dari penonton genre remaja menjadi keluarga.

Dengan bertambahnya target market penonton, maka bertambah pula kebutuhan othok-othok. Permintaan othok-othok yang banyak akan mendorong para produsen juga menambah penawaran produknya. Jika memang benar ini terjadi, peningkatan jumlah permintaan othok-othok dapat meningkatkan pendapatan para produsen mainan tradisional yang kini mulai tergerus oleh perkembangan jaman.

Tidak berhenti pada permintaan untuk satu jenis barang saja. Barang komplementer dari othok-othok, misalnya kaos bola dan asesoris sepak bola lainnya, pun juga akan mendulang manisnya kenaikan omzet yang signifikan.

Untuk mencapai harapan tertinggi, alangkah baiknya ide othok-othok ini dapat dikonsep dan diaplikasikan dengan indah. Sehingga, tidak akan terulang lagi complain dari sejumlah supporter yang mengeluhkan bunyi othok-othok memekakkan telingan dan menutupi bunyi chant-chant seperti kejadian beberapa hari yang lalu.

Jadi, tidak setiap supporter bebas menyuarakan othok-othok, melainkan harus ada koordinasi yang baik. Koordinasi yang baik bisa diperoleh dengan mengikutsertakan tim kreatif yang ahli dalam bidang seni musik, sehingga othok-othok tidak sekedar “othok-othok”.

Harmony othok-othok yang dikemas sedemikian rupa akan memberikan kesan positif bagi penonton di arena pertandingan pada khususnya dan masyarakat Solo pada umumnya. Bagi yang belum pernah memainkan othok-othok di arena pertandingan akan penasaran dan ingin mencobanya. Rasa penasaran tersebut bisa muncul setelah mendengar langsung omongan orang atau dari media sosial. Apalagi, sekarang ada di era digital yang dikit-dikit update, dikit-dikit upload. Cepatnya arus informasi ini menjadi tantangan sendiri bagi manajemen Pasoepati agar selalu hati-hati dalam pengelolaan othok-othok.


Dengan adanya terobosan baru ini, diharapkan mampu memberikan warna positif dan iklim kondusif di dunia persepakbolaan tanah air. Harapan jangka panjangnya, Pasoepati bisa menjadi tim percontohan bagi tim supporter di daerah lain di Indonesia maupun dunia.

Ditulis oleh Helti Nur Aisyiah – Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Surakarta – aisyah76@gmail.com

No comments: