Ada yang unik dari Ide
“othok-othok” sang pimpinan Pasoepati akhir-akhir ini. Othok-othok, sebuah
mainan tradisional era 70-an hingga 90-an, tiba-tiba dilirik kembali di era
yang serba canggih seperti saat ini. Normalnya, orang akan menggantikan suatu
barang yang sudah lama dipakai dengan barang yang lebih kekinian. Kalau dianalogikan
dalam dunia konser musik, cahaya lilin akan tergantikan dengan flashlight pada telepon genggam. Kali
ini beda, lebih cenderung kembali ke masa lalu.
Tujuan utama penggunaan
othok-othok memang untuk memberikan dukungan moril kepada para pemain Persis
Solo. Namun, di sisi lain, othok-othok juga bisa membangkitkan ekonomi
kerakyatan karena setiap supporter pasti ingin memainkan othok-othok sebagai
wujud dukungan nyata kepada sang pemain. Keinginan ini menjadi mutlak jika
setiap supporter diharuskan memegang othok-othok, seperti pertandingan seminggu
yang lalu, pemberian karcis juga disertai othok-othok.
Pemakaian asesoris pendukung tim
pemain ini jelas berdampak ke dalam bidang ekonomi. Jelas bahwa othok-othok ini
diproduksi oleh rakyat dari kelas menengah ke bawah. Melihat siapa yang
memproduksi mainan ini, terobosan baru di dunia sepak bola akan berdampak
positif pada ekonomi kerakyatan.
Kebutuhan othok-othok bagi tiap
supporter membuka peluang usaha bagi masyarakat sekitar. Harapannya, tim
Pasoepati mampu menggandeng pihak-pihak pelaku usaha kecil menengah. Sehingga,
momen-momen pertandingan sepak bola benar-benar bisa mendukung ekonomi rakyat. Kerja
sama antara Pasoepati dan para produsen mainan tradisional ini juga untuk
mencegah adanya monopoli dalam pengadaan othok-othok.
Merambah Segmen Keluarga
Kedepannya, othok-othok akan
mampu menaikkan jumlah penonton pertandingan sepak bola. Secara psikis,
othok-othok sangat bersahabat dengan anak-anak. Mereka akan senang memainkannya.
Apalagi, othok-othok merupakan hal yang baru bagi anak-anak era sekarang dan
mainan tersebut hanya dibanderol seharga kurang atau sama dengan Rp5.000,00,
harga yang cukup terjangkau.
Jika anak-anak ikut menonton
pertandingan, wajarnya akan ditemani ayahnya dan tidak menutup kemungkinan akan
keikutsertaan ibunya juga. Dengan demikian, othok-othok akan mengubah iklim
yang “mengerikan” menjadi menyenangkan. Jika memang nantinya laga sepak bola
benar-benar bisa dinikmati semua kalangan, oknum-oknum yang selama ini biasa
memancing kerusuhan akan sungkan dengan sendirinya.
Selama ini ajang pertandingan
sepakbola dirasa “mengerikan” karena kadang dibumbui dengan tawuran dan gleyeran motor. Dua kegiatan ini jelas
menimbulkan kegelisahan bagi warga sekitar. Dengan adanya othok-othok ini
diharapkan mampu menggeneralisasi penonton, memperluas segmentasi pasar
penikmat sepak bola. Dari yang awalnya hanya dinikmati secara dominan oleh
laki-laki remaja hingga dewasa, kini akan mulai dinikmati oleh anak-anak dan
wanita. Dengan demikian, akan ada pergeseran dari penonton genre remaja menjadi keluarga.
Dengan bertambahnya target market penonton, maka bertambah pula kebutuhan
othok-othok. Permintaan othok-othok yang banyak akan mendorong para produsen
juga menambah penawaran produknya. Jika memang benar ini terjadi, peningkatan
jumlah permintaan othok-othok dapat meningkatkan pendapatan para produsen
mainan tradisional yang kini mulai tergerus oleh perkembangan jaman.
Tidak berhenti pada permintaan
untuk satu jenis barang saja. Barang komplementer dari othok-othok, misalnya
kaos bola dan asesoris sepak bola lainnya, pun juga akan mendulang manisnya
kenaikan omzet yang signifikan.
Untuk mencapai harapan tertinggi,
alangkah baiknya ide othok-othok ini dapat dikonsep dan diaplikasikan dengan
indah. Sehingga, tidak akan terulang lagi complain
dari sejumlah supporter yang mengeluhkan bunyi othok-othok memekakkan telingan
dan menutupi bunyi chant-chant
seperti kejadian beberapa hari yang lalu.
Jadi, tidak setiap supporter
bebas menyuarakan othok-othok, melainkan harus ada koordinasi yang baik.
Koordinasi yang baik bisa diperoleh dengan mengikutsertakan tim kreatif yang
ahli dalam bidang seni musik, sehingga othok-othok tidak sekedar “othok-othok”.
Harmony othok-othok yang dikemas
sedemikian rupa akan memberikan kesan positif bagi penonton di arena
pertandingan pada khususnya dan masyarakat Solo pada umumnya. Bagi yang belum
pernah memainkan othok-othok di arena pertandingan akan penasaran dan ingin
mencobanya. Rasa penasaran tersebut bisa muncul setelah mendengar langsung omongan orang atau dari media sosial.
Apalagi, sekarang ada di era digital yang dikit-dikit
update, dikit-dikit upload. Cepatnya arus informasi ini menjadi tantangan
sendiri bagi manajemen Pasoepati agar selalu hati-hati dalam pengelolaan
othok-othok.
Dengan adanya terobosan baru ini,
diharapkan mampu memberikan warna positif dan iklim kondusif di dunia
persepakbolaan tanah air. Harapan jangka panjangnya, Pasoepati bisa menjadi tim
percontohan bagi tim supporter di daerah lain di Indonesia maupun dunia.
Ditulis oleh Helti Nur Aisyiah – Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Surakarta – aisyah76@gmail.com