Kini,
macet bukan hanya milik ibu kota (Jakarta). Soloku sudah seperti ibu kotaku. Di
mana-mana ramai, di mana-mana macet. Perjalanan antar kotamadya-kabupaten yang
biasanya hanya beberapa menit bisa sampai satuan jam. Lebih-lebih pada jam
berangkat sekolah/kerja dan jam pulang sekolah/kerja. Kalau perjalanan dari
Kartasura sampai Palur yang pastinya melewati Solo Kota terlihat betul beberapa
titik kemacetan: pertigaan UMS hingga pertigaan UNS. Kalau bisa disimpulkan,
setiap bangjo (trafic light) di kota Solo bisa menghabiskan beberapa ronde
warna merah.
Ini
tidak hanya berbicara tentang kendaraan pribadi saja. Di jalanan pasti banyak
sekali kendaraan plat kuning. Katakanlah bus, taxi, becak, hingga gojek ikut
meramaikan suasana perjalanan darat. Gojek? Ya, gojek sudah banyak peminat di
sini.
Mantap
kan? Belum lagi jika ada kereta lewat. Bisa sampai mengular tuh antrian
kendaraan.
Dan...
ketika sedang mengular hingga jauh, para pelajar dengan motor mereka tiba-tiba
menyeberang di tengah-tengah antrian kendaraan.
Makin
kacau kan? Tapi jangan kuatirkan keadaan ini. Masih ada jiwa-jiwa yang
bersahabat dengan pengguna jalanan Solo. Ya, merekalah bapak Supeltas yang rela
berdesak-desakan dalam padatnya alur lalu lintas di Solo yang pastinya membuat
perjalanan warga yang di sini semakin lancar.
Senyum supeltasnya...
Ketegasannya berujung kelancaran berlalu lintas. Menyenangkan bukan? Masih mau
berkunjung di kota kami? Nyantai saja... kota kami macet, tetapi jalannya
lancar. Kalau kita ikut analogi warung, warung yang ramai itu biasanya enak.
Nah, kalau kota, makin banyak wisatawan makin menarik destinasi kota tersebut.
Yuk, main ke kota kami, Solo.
No comments:
Post a Comment