Friday, 26 March 2010
Seimbang Dunia Akhirat? Harus Dunk!
Seimbang merupakah kata yang mudah diucapkan. Seimbang bisa dikatakan adil yang berarti sama rata, sama porsi, sama takaran, dan sama yang lainnya. Namun, kesamaan antar posisi tersebut tentu saja menghadirkan sikap dalam menentukan prioritas. Dalam hidup ini terdapat beberapa pilihan prioritas. Namun, satu hal yang menjadikan kunci adalah setiap orang menginginkan kesuksesan. Sukses di sini berarti mempu mencapai target yang diinginkan.
Bertolak dari pembicaraan dunia, ternyata ada hal yang lebih harus diutamakan. Hal yang seharusnya menjadi priorotas ini ternyata tidak sedikit yang lalai. Prioritas hidup dalam hal sukses mempunyai banyak makna. Namun, satu hal bahwa setiap apapun di dunia akan sirna. Kesirnaan itu tidak berarti berakhir, tetapi akan berlanjut ke kehidupan yang kekal, yaitu akhirat. Inilah kehidupan yang sesungguhnya. Dari sinilah, maka diturunkan sebuah ayat yang artinya, ”Sungguh kuciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (Q.S. Adz-Dzariyat:56). Walaupun kita diciptakan untuk beribadah dalam rangka mengejar kepentingan akhirat, kita hendaknya tidak mengesampingkan kepentingan dunia.
Rasulullah SAW pernah menjumpai seorang yang sahabat yang kala itu sangat rajin ke masjid yang semata-mata ibadah sepenuhnya hingga melupakan urusan dunia. Atas sikap sahabat tersebut, Nabi SAW menegurnya dan sesegera mungkin sahabat tersebut menuju ke rumah dan beraktivitas seperti manusia pada umumnya untuk mempertahankan hidup. Dari kisah inilah, dapat diambil hikmah bahwa harus ada keseimbangan antara kepentingan dunia dan akhirat.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah s.a.w. menyebutkan makna seimbang. Dunia dapat, akhirat pun dapat, seperti hadits yang artinya, “Tidak dikira baik orang yang kejar akhirat semata-mata dan tinggal dunianya, dan tidak dikira baik orang yang kejar dunia semata-mata dan tinggal akhiratnya“. (Al Hadits)
Hadits diatas bisa dimaknai dengan dua kata sungguh-sungguh yang artinya dalam menggapai dunia kita harus sungguh sungguh dan begitupun dalam meraih untuk akhirat hendaknya kita pun bersungguh-sungguh. Seimbang dunia akhirat? Bukankah itu lebih baik?
Semua orang mendambakan kebahagian Dunia dan Akhirat. Itu sebabnya setiap hari kita berdoa (bahkan seorang muslim membaca doa ini lima kali sehari): ”Rabbana aatina fiiddunya hasanah wa fiil’akhirati hasanah wa qiina adzaabannar” (Wahai Tuhan kami, berikanlah kami kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat dan jauhkanlah kami dari siksa neraka)
Beruntunglah bagi orang yang sukses di dunia dan di akhirat. Di dunia kaya raya, mati masuk sorga. Itulah impian semua orang. Namun harus ada perbuatan.
“Kejarlah duniamu seolah-olah engkau akan hidup seribu tahun lagi,
Tuntutlah akhiratmu seakan-akan engkau akan mati esok pagi”.
Sering kita mendengar informasi “Harus seimbang dong jangan hanya Agama saja yang diperbanyak, dunia juga memang kamu sekarang hidup dimana?“.
Hal ini sangat disayangkan ingat masa depan kita adalah Akhirat. Umat Nabi Muhammad SAW memiliki umur rata-rata 60 -70 tahun, sedangkan kehidupan diakhirat kekal adanya.
“Tetapi kalian justru mendahulukan kepentingan duniawi. Padahal kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (Q.S. Al-A’laa :16-17)
Akankah kita berlaku seimbang memperlakukan dunia dan akhirat? Yapz! Dengan menggenggam erat prinsip ”Man Jadda Wajada”, tidak ada di dunia ini yang tidak mungkin. Kun Fayakun!
Kesuksesan dunia yang diimbangi dengan kesuksesan akhirat maka disitulah nikmat manusia sesungguhnya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
3 comments:
boleh boleh ...
boleh tau haditsnya ??
Setuju deh sama kamu,,
Post a Comment