Pages

Thursday, 30 March 2017

Perekayasaan Laporan Keuangan

Belum pernah terpikirkan sebelumnya bahwa ternyata laporan keuangan yang sering kita jumpai saat ini merupakan hasil rekayasa dari tim khusus yang ditunjuk oleh pemerintah di sebuah Negara. Sebut saja Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang diberi tanggung jawab penuh dalam membuat pedoman pelaporan keuangan. Pedoman tersebut dituangkan dalam rerangka konseptual. Tentunya, bukan dokumen biasa, melainkan dokumen yang benar-benar buah pikiran dari beberapa profesional di bidang akuntansi dan non akuntansi. Mengapa harus multidisipliner? Saya pikir di sini untuk meminimalisasi argumen yang mengada-ada. Misalnya, dalam hal menilai aset berupa teknologi, perlu keikutsertaan dari lulusan teknologi informasi. Kalau bisa, lulusan kombinasi antara kampus dalam dan luar negeri, sehingga bisa menyesuaikan antara standar di luar negeri dan dalam negeri mengingat standar akuntansi pun sudah mendunia, sebut saja IFRS.

Kita boleh mendefinisikan akuntansi sebagai seni, sains, maupun teknologi. Namun, jika kita membaca Suwardjono dalam bab 3, kita diarahkan untuk membahas akuntansi di ranah teknologi. Teknologi ini dimaksudkan untuk menyusun pedoman pelaporan keuangan agar mencapai tujuan yang diinginkan. Penyusunan pun tidak semudah yang kita bayangkan, harus melalui banyak tahap agar mencapai kualitas tinggi. Bisa kita lihat prosedur yang disediakan oleh Financial Accounting Standards Board (FASB), ada Sembilan tahap. Kalau boleh saya sederhanakan, ini mirip dengan penyusunan AD/ART dalam UKM yang saya ikuti, yaitu dari mengevaluasi masalah, melakukan analisis, diskusi, menyusun draft awal, revisi, hingga terbitlah statemen yang bersangkutan.
Jika perekayasaan yang dilakukan sedemikian rupa sudah selesai, maka terbentuklah struktur akuntansi yang mana menunjukkan pihak dan sarana yang saling berhubungan dan berinteraksi. Dengan kata lain, struktur akuntansi merupakan hasil perekayasaan yang dipraktikkan. Hubungan tersebut bisa dilihat dalam bagan berikut ini.


Setelah membaca bab 3 ini, saya jadi tertarik dalam penyusunan rerangka konseptual. Setelah lulus sebagai sarjana akuntansi, saya bisa bergabung ke dalam organisasi profesi IAI untuk memperdalam bahkan praktek langsung tentang rerangka konseptual hingga terbentuknya standar akuntansi. Sebelum terjun langsung ke dunia kerja, pastinya saya harus memperdalam teori-teori tentang rerangka konseptual. Misalnya, saya harus memahamkan diri tentang statemen-statemen yang terkandung dalam SFAC Nomor 1-7 yang dihasilkan oleh FASB. Yaa minimal membaca PSAK yang versi Bahasa Indonesia.

Wednesday, 15 March 2017

Berdagang Harus Kreatif

Wajar jika para pedagang di kios-kios Pasar Klewer, kini menempati kios-kios di pasar darurat di Alun-alun Utara Keraton Solo, tidak suka dengan pedagang konfeksi berjual beli di mobil yang makin hari makin banyak.

Pembeli-pembeli mereka beralih ke pedagang bermobil yang berdampak langsung pada penurunan omzet di kios-kios mereka. Kalau kita bertolak dari berita-berita sebelumnya, ini sama kasusnya dengan keberadaan gojek oleh becak.

Ini tentang tidak berterimanya pelaku usaha lama terhadap pelaku usaha baru. Perbandingan harga barang yang dijual antara di kios-kios pedagang Pasar Klewer dan di mobil yang memangkal di sekitar Pasar Klewer membuat kosumen berperilaku dilematis.

Harga barang-barang yang dijual pedagang bermobil dari luar Solo itu lebih murah dari pada di kios-kios pedagang Pasar Klewer. Kondisi ini sejalan dengan teori perilaku konsumen yang menjelaskan konsumen memilih produk dan/atau jasa yang akan dikonsumsinya melalui berbagai pertimbangan.

Salah satu pertimbangannya adalah adanya perbedaan harga antarpenjual. Dengan demikian, tidak mengherankan banyak konsumen yang memilih membeli barang dari penjual-penjual yang menjajakan barang mereka di mobil.

Dengan kata lain, pembeli akan cenderung memilih barang dengan harga yang lebih murah. Barang yang lebih murah ini dalam perbandingan dengan barang-barang yang dijual pedagang di kios-kios Pasar Klewer pasti ditemui di pejual bermobil.

Poster bertuliskan Kami Menolak Pedagang Bermobil Berjualan Tanpa Aturan" pun bisa jadi bumerang bagi pedagang di kios-kios Pasar Klewer. Orang awam yang belum tahu kesejatian konflik antara pedagang kios dan pedagang bermobil bisa jadi malah penasaran dan berusaha mencari tahu keberadaan pedagang bermobil itu.
                                                              
Perlu Inovasi
Pedagang di kios-kios Pasar Klewer keberatan dengan aktivitas pedagang bermobil karena harga barang yang dijual pedagang bermobil jauh lebih murah dari pada yang mereka jual.

Lebih murahnya barang-barang ini karena alur distribusi yang pendek (langsung dari produsen). Sebenarnya, barang yang dijual pedagang bermobil dan pedagang di kios Pasar Klewer itu sama.

Hanya karena alur distribusi ke kios lebih panjang (lama) yang melewati beberapa tangan, sehingga menjadikannya lebih mahal. Alhasil, para pembeli yang biasanya membeli barang di kios, mulai melirik tempat yang lebih menarik dan lebih murah.

Kenyataan pahit ini menunjukkan bahwa pedagang di kios-kios Pasar Klewer merasa tersaingi. Persaingan bisnis tentunya menjadi hal yang biasa. Kalau pelaku bisnis lama sudah mulai tersaingi, berarti harus mulai instropeksi.

Sebenarnya fenomena ini bisa diprediksi saat awal menjalankan usaha dengan memakai analisis SWOT, yaitu menganalisis kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) unit bisnis yang akan atau sudah ada.

Jadi, kehadiran teknik pemasaran melalui mobil ini tidak lagi menjadi masalah yang berarti karena ancaman keberadaan pedagang bermobil sudah tertulis dalam analisis SWOT dan hendaknya sudah mulai disiapkan solusinya.

Terlebih para penjual tidak bisa memaksa para pembeli untuk tetap membeli di tempat mereka pada saat ada tempat lain yang menjual barang dengan harga yang lebih murah.

Kehadiran mobil untuk berbisnis belum sepenuhnya dapat diterima oleh para pedagang pasar. Padahal, ini bisa jadi peluang bagi pihak yang tersaingi untuk selalu mengasah kemampuan pemasaran lebih dalam lagi.

Faktanya, tidak semua pedagang di Pasar Klewer bisa menerima realitas ini dengan positif. Mereka butuh pendampingan dari pihak yang berwenang. Pihak yang berwenang itu adalah Pemerintah Kota Solo yang diharapkan mampu melakukan pendekatan kepada kedua belah pihak, pedagang di kios-kios di Pasar Klewer dan pedagang bermobil.


Sebaiknya Pemerintah Kota Solo segera mengakomodasi kebutuhan masing-masing pihak agar permasalahan ini tidak berlarut-larut, misalnya, dengan membuat aturan yang melegakan pedagang di kios-kios Pasar Klewer dan tidak memberatkan para pedagang bermobil.

~ Ditulis oleh: Helti Nur Aisyiah, S.Pd., M.Si. - aisyah76@gmail.com - Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Surakarta ~

(Tulisan ini dimuat di Solopos Rubrik Gagasan Tanggal 14 Maret 2017) 

Manfaat Selalu Tampil Cantik

Siapa sih wanita yang nggan suka dibilang cantik. Cantik itu memang relatif, tapi setidaknya setiap wanita punya sisi kecantikan sendiri-sendiri. Berusaha tampil cantik itu wujud kesyukuran atas nikmat dari Sang Maha Sempurna. So, sempurnakan aktivitasmu dengan tampilan visual yang terpancar dari tubuhmu. Berikut manfaat selalu ingin tampil cantik.

1. Percaya Diri Makin Tinggi
Dengan cantik, berjalan pun tegak dan melenggang lurus ke depan. Derap langkah pun mantap, sehingga dilihat orang pun tetap tegap. Karakter kewanitaannya semakin terpancar dan semakin mempesonakan.

2. Menyenangkan bagi orang-orang sekitar
Tuhan Maha Indah, makhluk-Nya pun harusnya demikian. Umumnya, orang suka yang indah-indah. Tampilan yang rupawan sudah barang tentu menyenangkan bagi orang-orang sekitar. Bahkan, yang tadinya muram sontak tersenyum kagum memandang.

3. Memancing peluang kerja
Pandangan pertama itu sangat membekas. Bisa jadi ketika cantik tanpa melihat waktu dan lingkungan, tanpa sadar akan mendatangkan tawaran pekerjaan. Diam-diam akan ada orang yang berandai-andai dan segera merealisasikan agar kamu bisa berpartner di kantornya.

Masih ragu untuk selalu tampil cantik? Rugi tau'....


Wednesday, 1 March 2017

Dunia Kerja: Jangan (Gampang) Baper!

Di dunia kerja, pasti ada aja karakter teman yang membuat kita nggak merasa cocok. Berusaha menyukai orang yang tidak kita suka itu memang berat. Tapi, yang penting adalah suka tidak suka, kita harus menyikapinya dengan sikap yang terbaik. Tidak suka itu boleh, tapi jangan benci. Kalau setiap yang bersikap tidak baik kamu benci, itu hanya mempersulit diri sendiri. Misalnya, kamu habis dicaci maki rekan kerjamu, terus kamu benci dia. Padahal, jobdesk mengharuskanmu selalu berhubungan dengan dia. Nah, gimana coba? Jadi nggak nyaman kan? Ya sudah, yuk ikuti trik mental baja ini biar nggak gampang baper.

1.       Masuk Kuping Kiri, Keluar Kuping Kanan

Ada yang suka dikomentarin? Pasti, tapi kalau komentar baik. Kalau pedas, bisa pecah ni kepala, emosi jadinya. Yang namanya orang, pasti berkomentar, mulut-mulut mereka. Mereka pun ketika berkomentar, kadang tidak sadar kalau menyakiti kita. Bahkan, setelah berkomentar, dengan lahapnya makan dan lupa tentang apa yang telah dia ucapkan. So, angap angin lalu aja.

2.       Jangan (gampang) Mutung! Move On!
Bolehlah sedih, tapi jangan lama-lama. Katakanlah batas maksimal sedih cukup sehari saja. Setelah itu, senyum lagi, aktivitas lagi. Kalau tidak begitu, rugi di kita sendiri. Harusnya kita bisa lebih berprestasi, berkarya, dan berbahagia. Eeeee… tertunda oleh sikap yang seharusnya tidak kita rasakan (mutung). Padahal, yang komentar kan tidak memberi makan kita. Lantas? Buat apa kita meladeni mereka? Move on, Guys!

sumber gambar: wikihow.com, egurinda.blogspot.com