Semua telah hilang rasa. Semua telah membekas di jiwa. Di lingkungan dimana kuberjuang di jalan-Nya sudah terkontaminasi oleh tingkah dan kataku. Kata jarang terucap. Namun, tingkahlah yang melahirkan kata-kata. Bukan dari mulutku, tapi mulut mereka. Biarkan segalanya berucap apa. Hati ini sudah terlanjur jatuh dalam bungkam. Menatap saja enggan. Apalagi, bercakap.
Semua berawal dari emosi yang memuncak. Aku terbilang bungsu di lingkup perjuangan ini. Pada awal kehadiranku semua menatap sayang. Namun, sebuah tragedi berlandas tak sengaja diselimuti emosi yang memuncak menjadikan semua buyar. Hari itu hari sabtu. Entah kapan tepatnya. Sengaja kulupakan. Toh, hanya membuat luka kembali dirasa. Yang pasti enam mata lakon utama termasuk aku didalamnya dengan enam mata pula sebagai saksi bisu pura-pura tak peduli. Kata-kata terbalut luka terlontar di keheningan suasana siangku. Terbesit dalam pikiranku inikah pedang-pedang yang akan menghunusku dalam langkahku ke depan. Aku tersentak dalam hati memikirkan esok hari apakah aku masih jadi aku yang sekarang. Aku harus kuat. Aku harus kuat. Motivasi diri keluar dari hati yang tak lama redup meninggalkan semangat yang kian layu. Inilah hidup. Kejayaan kita kadang berujung pada ketidakpuasan kita da
No comments:
Post a Comment