Sumber: https://images.app.goo.gl/ag468cytqQf3PZkC7
Sedih rasanya mengetahui bahwa syarat untuk melahirkan normal ada beberapa poin. Salah satunya adalah mata yang sehat. Tidak harus benar-benar sehat sih, tetapi maksimal minus mata berukuran empat. Sementara minus mata saya berukuran enam. Itupun memakai ukuran tahun lalu. Bisa jadi sekarang sudah tembus ke angka tujuh. Dengan kondisi inilah, mau tidak mau saya harus melahirkan dengan cara operasi (sesar) - kali ketiga dengan dibuka kembali luka sesar yang kedua. Rasanya sungguh wow laik resleting yang bisa dibuka-tutup.
Bisa dibayangkan kan bagaimana nyerinya luka yang dulu pernah ada, dilukai kembali. Baru membayangkan saja rasanya ngilu. Apalagi, menjalaninya. Sungguh sangat mengerikan, tetapi harus mencoba untuk menikmati karena ini jalan satu-satunya untuk mengeluarkan anak. Masa' sudah berbentuk bayi tidak dikeluarkan. Bisa-bisa kontraksi dan alhasil lewat di jalan yang seharusnya alias normal dengan risiko yang bisa dikatakan sangat membahayakan - merusak syaraf mata. Bayi lahir, tetapi mata tidak bisa melihat bayi lucu yang dinanti-nanti alias buta. Na'udzubillahi min dzalik.
Berdasarkan kejadian yang tak terkira sebelumnya ini, saya jadi super protektif terhadap kesehatan mata anak-anak saya. Mulai saat ini tidak akan lagi ringan tangan jika sang anak meringik minta dipinjami handphone. Mungkin mereka kira saya pelit dan sadis. Untuk sementara biarlah penilaian itu terjadi. Suatu saat nanti mereka akan tahu bahwa saya benar-benar menjaga harta paling berharga mereka yang bisa menentukan cara meneruskan generasi - melahirkan secara normal atau operasi.