Dzikir itu bermakna menyebut dan mengingat. Menyebut saja tanpa mengingat dan sebaliknya itu tidak sempurna.
Ada 3 level dzikir, eat:
1. Mengingat, menyebut dengan mengagungkan nama Allah;
2. Mengingat tanpa menyebut. ini biasanya bagi orang yang sedang sibuk bekerja. mulutnya tidak menyebut, tetapi hatinya mengingat;
3. Menyebut, tetapi tidak mengingat.
Yang level 1 dan 2 merupakan keutamaan dzikir. yang ke-3, bukan. Lantas, kapan kita berdzikir? Dzikir itu tidak memandang waktu dan tempat. kapan pun dan di manapun. Jangan membatasi dzikir pada masjid saja, sehingga kadang di tempat kerja lupa bahwa Allah ada untuk selalu mengawasi. Di masjid baik, di kantor bersikap kurang baik.
Kalau semua profesi berdzikir, maka tidak akan ada lagi yang berani berbuat dzolim. Dosen, misalnya. Saya menyebut dosen karena kebetulan profesi saya dosen. jika setiap dosen berdzikir, maka tidak akan lagi datang terlambat dan pulang awal.
Dengan demikian, dzikir itu memang benar-benar dilakukan setiap saat agar aktivitas kita mencerminkan diri kita yang sesungguhnya, sesungguhnya sebagai hamba Allah SWT.
(Tulisan ini penulis ringkas dari kajian Ustadz Abdul Shomad)