Pages

Tuesday, 16 August 2016

Sukses Butuh Proses


                “Jangan lihat aku sekarang! Lihatlah aku dari sekarang hingga aku lelah menata masa depan.” Penilaian terhadap sekarang sering dilakukan sesaat tanpa melibatkan peranan masa lalu dan masa depan. Padahal, masa lalu, masa sekarang, dan masa depan adalah rangkaian yang tidak terpisahkan. Kita bisa menjadi yang sekarang karena masa lalu dan masa depan ditentukan oleh kita yang sekarang.
                Diremehkan orang itu biasa. Bahkan, kadang orang lain ketika meremehkan kita, dia tidak sadar sedang melakukannya. Asal njeplak begitu saja. Asal berkomentar tanpa teding aling-aling. Begitulah orang Jawa mengatakan. Padahal, kita yang sekarang terbentuk dari benturan dari kita di masa lalu. Memang perjuangan tidak perlu diceritakan, tetapi begitulah keadaan. Sering orang sekitar melakukan judgement atas apa yang dia lihat sekarang tanpa melibatkan perasaan. Anggap saja ujian.
                Tenang! Allah tidak tidur. Berdo’alah, maka akan Aku kabulkan. Kira-kira seperti itulah terjemahan dari salah satu ayat dalam Al-Qur’an. Berdo’alah, berdo’alah, dan berdo’alah. Bukankah dunia milik Tuhan? Mengapa kita seakan menjadi korban perasaan atas komentar orang. Jika kita tidak yakin akan do’a yang akan dikabulkan, ingatlah sosok ibu. Do’a ibu tanpa sekat menuju Tuhan. Bisa dibuktikan.
                Sesungguhnya hinaan dan cercaan bagai pengasah pisau. Semakin banyak diasah, semakin runcing. Sebaliknya, menyerahlah dengan pujian. Kadang pujian membuat diri kita terlena dan tidak termotivasi untuk berlari mengejar mimpi. Atau, hanya sekedar balas dendam terhadap orang yang menyepelekan capaian hidup kita. Balas dendam yang terbaik bisa dilakukan dengan cara membentuk diri kita menjadi yang terbaik di mata mereka hingga tidak ada lagi kata yang mewakili untuk meremehkan kita lagi. Terakhir kali, memang sukses butuh proses. Bersabarlah!