Pages

Thursday, 28 July 2016

Sectio Caesaria yang Kedua (Re-SC) lebih Ringan

Judul yang saya susun mungkin mencengangkan beberapa pihak, terutama bagi seorang ibu yang sering atau memilih “jalan pintas” dalam melahirkan. Pasalnya, dalam sebuah teori yang pernah diungkapkan bahwa semakin banyak caesar yang dilakukan, semakin sakit yang dirasakan. Sebut saja, proses penyembuhan pasca Sectio Caesaria (SC) mengalami penurunan dalam satuan persentase antara SC ke-1, 2, 3, dan 4. Mengapa hanya 4? Ya karena saking resikonya proses melahirkan dan penyembuhan terlau tinggi. Oleh karena itu, hanya dibatasi pada anak ke-4 saja. Bahkan, beberapa dokter sudah menyarankan untuk sterilisasi setelah SC anak ke-3. Begitu ngerinya kan?

Rupanya, teori dapat mengalahkan sugesti dan motivasi. Dokter yang menangani saya pun terheran-heran akan jawaban dari pertanyaan yang dia lontarkan. Dengan mantap, saya menjawab “lebih enakan yang ini, Dok”. Keheranan pasca SC ke-2 tersebut tersirat dari respok balik “Ah, masa sih? Biasanya lebih sakit yang kedua.” Mungkin dia bisa bilang begitu berdasarkan testimoni dari para pasien sebelum saya. Atau bahkan, dia sendiri juga pernah mengalami. Bisa jadi kan ya, maklum beliau ini dokter wanita. Ya, mudah-mudahan jawaban saya ini menjadikan testimony lebih bervariatif, sehingga tidak membuat resah para penikmat SC. Penikmat? Ya, karena SC itu pilihan dan harus dinikmati setiap prosesnya.

Ada beberapa faktor yang mungkin membuat persalinan kali ini menjadi menyenangkan dan pemulihan lebih cepat. Pertama, memang dari awalnya sudah niat dahulu untuk menjalani SC. Hal ini dikarenakan memang mustahil jika saya menjalaninya dengan cara normal. Tetap kekeh normal sih bisa, tetapi resikonya terlalu mengerikan bagi saya. Saya membayangkan jika setelah lahiran, saya tidak bisa melihat bayi saya alias buta. Apalagi, mata minusku sudah menyentuh angka enam. Jadi, kalau sudah niat, berarti mental juga sudah siap. Bahkan, tahapan-tahapan proses re-SC sudah terbayangkan berdasarkan pengalaman SC yang pertama, jarum, infus, kateter, anestesi, selang penghangat pasca operas, hingga nyerinya ditusuk berkali-kali obat anti nyeri. Ngeri sih, tapi Alhamdulillah tak sengeri yang dibayangkan sebelum SC.

Yang kedua adalah perasaan bahagia. Bahagia karena akan mempunyai anak berjenis kelamin komplit, anak pertama cewek dan anak kedua ini cowok. Bahagia karena pendampingan ekstra dari suami yang setiap keputusan selalu dipercayakan kepadaku. Dan yang terakhir, bahagia karena adanya profesi baru pasca melahirkan setelah berjuang mati-matian belajar TPA dan sebagainya pada waktu hamil tua. Alhamdulillah, ketiga kebahagiaan tersebut memberikan makna yang dalam dalam mempersiapkan kedatangan sang buah hati untuk kedua kalinya.

Ketiga adalah motivasi tinggi untuk segera sembuh. Motivasi ini muncul mengingat akan memiliki anak dua. Jadi, dalam benak saya bertanya-tanya bagaimana bisa sakit lama sementara kedua anakku masih membutuhkan sentuhan manja dari ibunya. Anak yang pertama baru berumur tiga tahun. Kebayang kan kalau pulihnya lama. Kasihan orang-orang sekitar, khususnya suami dan ibu. Memang sih, mereka pasti dengan senang hati merawat anak dan cucunya. Namun, dari dalam hati yang paling kecil, tidak setega itu untuk merepotkannya. Maka dari itu, saya terdorong untuk cepat sehat, sehat, dan sehat. Jangan manja!


Membaca dan membayangkan apa yang saya rasakan, mudah-mudahkan para ibu yang akan melakukan SC akan lebih mantap dengan pilihannya. Memang, katanya menegangkan. Sebenarnya enggak kok. Semua tergantung dari diri kita masing-masing. Kalau sudah memilik, ya jalani saja. Semoga ibu dan bayi Anda selamat dan sehat ya…. Aamiin.