Judul yang saya susun mungkin
mencengangkan beberapa pihak, terutama bagi seorang ibu yang sering atau
memilih “jalan pintas” dalam melahirkan. Pasalnya, dalam sebuah teori yang
pernah diungkapkan bahwa semakin banyak caesar yang dilakukan, semakin sakit
yang dirasakan. Sebut saja, proses penyembuhan pasca Sectio Caesaria (SC) mengalami penurunan dalam satuan persentase
antara SC ke-1, 2, 3, dan 4. Mengapa hanya 4? Ya karena saking resikonya proses
melahirkan dan penyembuhan terlau tinggi. Oleh karena itu, hanya dibatasi pada
anak ke-4 saja. Bahkan, beberapa dokter sudah menyarankan untuk sterilisasi
setelah SC anak ke-3. Begitu ngerinya kan?
Rupanya, teori dapat mengalahkan
sugesti dan motivasi. Dokter yang menangani saya pun terheran-heran akan
jawaban dari pertanyaan yang dia lontarkan. Dengan mantap, saya menjawab “lebih
enakan yang ini, Dok”. Keheranan pasca SC ke-2 tersebut tersirat dari respok
balik “Ah, masa sih? Biasanya lebih sakit yang kedua.” Mungkin dia bisa bilang begitu
berdasarkan testimoni dari para pasien sebelum saya. Atau bahkan, dia sendiri
juga pernah mengalami. Bisa jadi kan ya, maklum beliau ini dokter wanita. Ya,
mudah-mudahan jawaban saya ini menjadikan testimony lebih bervariatif, sehingga
tidak membuat resah para penikmat SC. Penikmat? Ya, karena SC itu pilihan dan
harus dinikmati setiap prosesnya.
Ada beberapa faktor yang mungkin
membuat persalinan kali ini menjadi menyenangkan dan pemulihan lebih cepat.
Pertama, memang dari awalnya sudah niat dahulu untuk menjalani SC. Hal ini
dikarenakan memang mustahil jika saya menjalaninya dengan cara normal. Tetap
kekeh normal sih bisa, tetapi resikonya terlalu mengerikan bagi saya. Saya
membayangkan jika setelah lahiran, saya tidak bisa melihat bayi saya alias
buta. Apalagi, mata minusku sudah menyentuh angka enam. Jadi, kalau sudah niat,
berarti mental juga sudah siap. Bahkan, tahapan-tahapan proses re-SC sudah
terbayangkan berdasarkan pengalaman SC yang pertama, jarum, infus, kateter,
anestesi, selang penghangat pasca operas, hingga nyerinya ditusuk berkali-kali
obat anti nyeri. Ngeri sih, tapi Alhamdulillah tak sengeri yang dibayangkan
sebelum SC.
Yang kedua adalah perasaan
bahagia. Bahagia karena akan mempunyai anak berjenis kelamin komplit, anak
pertama cewek dan anak kedua ini cowok. Bahagia karena pendampingan ekstra dari
suami yang setiap keputusan selalu dipercayakan kepadaku. Dan yang terakhir,
bahagia karena adanya profesi baru pasca melahirkan setelah berjuang mati-matian
belajar TPA dan sebagainya pada waktu hamil tua. Alhamdulillah, ketiga
kebahagiaan tersebut memberikan makna yang dalam dalam mempersiapkan kedatangan
sang buah hati untuk kedua kalinya.
Ketiga adalah motivasi tinggi
untuk segera sembuh. Motivasi ini muncul mengingat akan memiliki anak dua.
Jadi, dalam benak saya bertanya-tanya bagaimana bisa sakit lama sementara kedua
anakku masih membutuhkan sentuhan manja dari ibunya. Anak yang pertama baru berumur
tiga tahun. Kebayang kan kalau pulihnya lama. Kasihan orang-orang sekitar,
khususnya suami dan ibu. Memang sih, mereka pasti dengan senang hati merawat
anak dan cucunya. Namun, dari dalam hati yang paling kecil, tidak setega itu
untuk merepotkannya. Maka dari itu, saya terdorong untuk cepat sehat, sehat,
dan sehat. Jangan manja!
Membaca dan membayangkan apa yang
saya rasakan, mudah-mudahkan para ibu yang akan melakukan SC akan lebih mantap
dengan pilihannya. Memang, katanya menegangkan. Sebenarnya enggak kok. Semua
tergantung dari diri kita masing-masing. Kalau sudah memilik, ya jalani saja.
Semoga ibu dan bayi Anda selamat dan sehat ya…. Aamiin.