Latar Belakang
Seiring dengan era globalisasi, pasar global mengalami banyak perkembangan,
termasuk di Asia. Kondisi ini ditandai dengan bangkitnya Cina dan India yang dianggap
menjadi aktor utama dalam perekonomian Asia. Walaupun kedua negara tersebut memiliki
jumlah penduduk yang besar, tingkat produktifitasnya juga tinggi. Dengan
demikian, kebangkitan ekonomi Cina dan India dianggap menjadi ancaman bagi
negara Asia lainnya terutama kawasan Asia Tenggara dalam menarik investor asing.
Perlahan para investor asing di kawasan Asia Tenggara mulai melirik potensi ekonomi
Cina tersebut. Oleh karena itu, Indonesia perlu meningkatkan daya saing sebagai
anggota Association of South East Asian
Nation (ASEAN) agar tetap eksis dalam penghelatan ekonomi global.
Negara-negara dikawasan Asia Tenggara yang tergabung dalam forum ASEAN telah
menyepakati untuk meningkatkan proses integrasi di antara mereka melalui
pembentukan ASEAN Economic Community
(AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan bentuk integrasi ekonomi ASEAN sebagai dampak
adanya sistem perdagaangan bebas antaranegara ASEAN. Indonesia dan sembilan
negara anggota ASEAN lainnya telah menyepakati perjanjian MEA. Wakil Presiden
Jusuf Kalla dalam kesempatan pers menyatakan bahwa pelaksanaan Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2016 dapat menguntungkan Indonesia. Pertama, pasar
Indonesia punya sumber daya alam (resources)
lebih baik. Kedua, Indonesia juga punya tenaga kerja yang lebih kompetitif. Namun,
pelaksanaan MEA ini juga memberikan dampak negatif atau merugikan perekonomian
Indonesia. Hal ini dikarenakan bahwa Indonesia harus membenahi sektor yang
lemah untuk menghadapi MEA. Ditambah lagi, para pelaku produksi juga harus
melaksanakan efisiensi dalam proses produksinya. Usaha tersebut dilakukan
karena MEA menyebabkan persaingan lebih ketat.
Persiapan MEA sudah berlangsung
selama sepuluh tahun. Lamanya persiapan ini akan membuka pasar menjadi
kompetitif. Namun, masing-masing negara memiliki perbedaan dalam persiapannya. Apalagi,
terkait perbedaan pertumbuhan ekonomi antar-negara anggota ASEAN yang masih
tinggi. Hal tersebut tidak akan mudah terselesaikan secara bersamaan. Dengan
demikian, masing-masing negara sebaiknya memiliki keunggulan agar dapat
bersaing dengan negara lain dalam sektor perekonomian.
Ide dan Pembahasan
Indonesia
merupakan negara agraris dengan lahan yang sangat luas dan penuh keanekaragaman
hayati. Hal ini sangat berpotensi untuk menjadikan Indonesia sebagai negara
agraris terbesar di dunia. Di Indonesia, pertanian mempunyai kontribusi yang
penting terhadap perekonomian baik secara makro maupun mikro. Secara makro,
pertanian berpotensi besar untuk meningkatkan pendapatan nasional. Secara
mikro, pertanian merupakan faktor yang sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan
pangan bagi warga negara Indonesia. Apalagi, dengan semakin meningkatnya jumlah
penduduk yang berarti bahwa kebutuhan akan pangan juga semakin meningkat.
Terpenuhinya kebutuhan pangan dalam negeri
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini dikarenakan
sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani.
MEA merupakan kesempatan emas bagi
Indonesia. Hal ini dikarenakan akan hilangnya hambatan perdagangan antarnegara..
Hilangnya hambatan diharapkan akan berdampak pada peningkatan eskpor. Namun,
kondisi ini menjadikan tantangan baru bagi Indonesia yang berupa permasalahan
homogenitas komoditas yang diperjualbelikan. Adapun komoditas yang
diperjualbelikan berupa pertanian, karet, produk kayu, tekstil, dan barang
elektronik (Santoso, 2008).
Homogenitas komoditas akan
menimbulkan resiko kompetisi. Resiko kompetisi akan muncul dengan banyaknya
barang impor yang masuk ke Indonesia. Kondisi ini akan mengancam industri lokal
karena harus bersaing dengan produk luar negeri. Jika industri lokal tidak
mampu bertahan dan bersaing, maka secara tidak langsung dapat menyebabkan defisit
neraca perdagangan Indonesia.
Menteri
Pertanian mengingatkan bahwa dalam kebijakan ketahanan pangan tercakup
kebijakan kemandirian pangan dan kedaulatan pangan. Masalah pangan tidak boleh
bertumpu pada ketersediaan pangan dari luar, tetapi harus bertumpu pada ketersediaan
pangan dari dalam negeri, tidak boleh bertumpu pada multi nasional corporate. Investasi dari luar memang diperlukan
untuk akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, ketersediaan faktor
produksi dalam negeri masih memegang kunci utama dalam kesejahteraan nasional.
Kemakmuran bangsa tidak hanya bertumpu pada materi, tetapi juga kemandirian. Upaya
peningkatan produksi pangan nasional harus dapat dimanfaatkan agar petani mampu
memperoleh peningkatan pendapatan dan kesejahteraannya.Dalam upaya mencapai
kedaulatan pangan, pembangunan pertanian saat ini dihadapkan ke dalam berbagai
tantangan yang harus dihadapi bersama.
Kini kondisi pertanian
Indonesi cukup memperhatinkan karena dikenal sebagai negara agraris, tetapi
membeli makanan pokoknya dari negara lain (impor). Oleh karena itu, pemerintah
seharusnya lebih bijak dalam menangani dan menanggapi permasalahan produksi
pertanian Indonesia saat ini. Hambatan indonesia dalam menghadapi MEA adalah
rendahnya kegiatan dalam rangka menawarkan produksi dalam negeri. Kualitas
hasil produksi memang kunci utama. Namun, tanpa pemasaran atau promosi juga
tidak akan berdampak besar pada perekonomian Indonesia, terutama dampaknya
terhadap neraca perdagangan.
Buchari Alma (2006:179) mengartikan promosi sebagai sejenis komunikasi
yang memberi penjelasan dan meyakinkan calon konsumen mengenai barang dan jasa
dengan tujuan untuk memperoleh perhatian, mendidik, mengingatkan dan meyakinkan
calon konsumen. Adapun ciri-ciri promosi (Philip Kloter,
2005) meliputi komunikasi, insentif, dan ajakan. Dengan demikian, promosi akan
lebih efektif jika ada komunikasi yang baik. Komunikasi akan lebih baik jika
dilakukan dengan dua arah atau responsif.
Komunikasi yang responsif memerlukan
media. Salah satu media yang dapat digunakan berupa media interaktif (Seels
& Glasgow dalam Arsyad, 2002:36). Saat ini media interaktif yang sering dipakai untuk mempromosikan hasil
produksi atau barang dagangan. Contoh media interaktif adalah website
perusahaan yang bersifat responsif terhadap calon customer. Selain itu, website juga bisa dilengkapi dengan media
sosial perusahaan agar lebih komunikatif dan bersifat pribadi. Dengan adanya
media interaktif, maka calon customer
akan lebih yakin dalam memilik produk yang akan dikonsumsi. Salah satu yang
dapat meningkatkan yakin atau tidaknya calon customer ditentukan oleh pelayanan
yang berkualitas.
Pengelolaan media promosi, khususnya
media interaktif harus didukung dengan adanya sumber daya manusia yang unggul.
Tenaga kerja yang unggul dapat diperoleh dengan kualifikasi pendidikan yang
sesuai dengan kebutuhan. Jika melihat tentang media interaktif di bidang
pertanian, maka bisa diperoleh dari lulusan jurusan teknologi informasi,
komunikasi, bisnis internasional, dan pertanian. Dalam penyeleksian tenaga
kerja, diperlukan lingkungan kerja yang kondusif agar manejer personalia lebih
objektif menyeleksi calon tenaga kerja. Dengan pengelolaan media promosi yang
profesional, maka diharapkan akan meraih target penjualan yang maksimal. Selain
itu, dengan adanya akses internet yang luas, pengelola media interaktif akan mendapat
informasi tentang produk produk dan kondisi pasar secara internasional. Dengan
mengetahui kondisi pasar internasional, maka dapat dijadikan acuan untuk
melakukan teknik pemasaran selanjutnya yang lebih mengena calon customer. Pengelola
media interaktif akan lebih mudah menangkap informasi dalam lingkup ASEAN, sehingga
selain dapat promosi secara online bisa juga secara media pameran produk
pertanian.
Selain peningkatan penjualan
dilakukan oleh perusahaan yang bersangkutan, kementrian pertanian dan
perdagangan dapat menfasilitasi pelaku usaha pertanian. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara memperbarui data yang berisi daftar pemilik usaha pertanian untuk
dipromosikan di kawasan ASEAN. Sebagai tindak lanjut, kementrian pertanian bersama-sama
dengan kementrian perdagangan juga bekerja sama dengan kementrian informasi dan
komunikasi maupun menteri luar negeri agar promosi hasil pertanian lebih tepat
sasaran di antara channel-channel
luar negeri yang dimiliki oleh kementrian informasi dan komunikasi maupun
kementrian luar negeri.
Penutup
Indonesia seharusnya lebih
gencar dalam mempromosikan produk pertanian. Promosi yang dilakukan hendaknya
diikuti dengan peningkatan kualitas hasil pertanian, sehingga iklan yang
ditampilkan tidak mengecewakan calon customer di ranah internasional. Dengan adanya peningkatan penjualan hasil
pertanian diharapkan akan meningkatkan devisa negara yang berdampak pada
stabilitas perekonomian nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Alma,
B.2006. Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta.
Kotler,
Philip. 2005. Manajemen Pemasaran. Jilid
1. Alih Bahasa oleh Hendra Teguh , Ronny A Rusly, Benjamin Molan. Edisi
Milenium. Jakarta : PT. Prenhallindo.
Arsyad, A. 2002. Media Pembelajaran, edisi 1. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
http://id.m.wikipedia.org/wiki/penjualan_langsung
diakses pada tanggal 1 Oktober 2015 pukul 20.03
freeya-01.blogspot.com/2012/11/DEVISA.html
diakses pada tanggal 1 Oktober 2015 pukul 20.30
www.academia.edu/.../masyarakat_ekonomi_ASEAN_2015_MEA_2015
diakses pada tanggal 1 Oktober 2015 pukul 21.00
Keterangan:
Esai ini pernah dilombakan dalam rangkaian acara olimpiade tingkat nasional tahun 2015 yang diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta a.n. Desy, Delima, dan Salfitrisia (siswi-siswi SMA Batik 2 Surakarta)